the minahasa


the minahasa value in the era of multi-planet species…by theolog vian togas
my comentary for this note
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0016328723000150

simpel singkatnya extrak sari….dari value pakatuan wo pakalawirzen artinya terus panjang umur dan sejahtera di berkati yang maha kuasa…( masih banyak lagi falsafah filsafat kata makna kata minahasa terlalu banyak makanya saya ringkas di kalimat di atas )…

nilai apa yg akan orang minahasa bawa dalam era masa depan era kehidupan antar planet….tentu saja nila core dari culture minahasa itu sendiri…dimana prihal kehidupan orang2 minahasa adalah orang yang mampu hidup dan mengembangkan kehidupan generasi ber generasi sekalipun berada dalam letak geografis ring of fire cincing gunung berapi dengan nilai2 kemanusian bahwa tiap orang minahasa harus mampu beradaptasi dalam segala lingkungan untuk bertahan dan mengembangkan kehidup dan setiap orang minahasa terlahir sebagai tuan tuan atas hidup dirinya sendiri ke hidupnya sejak ia lahir namun memiliki kesadaran bersama untuk kepentingan umum…dan dalam hidup terus belajar untuk menyatu melestarikan mengolah alam nya …dan kesemuanya menjadi satu ungkapan syukur untuk memuliakan Tuhan pencipta alam semesta…nilai2 ini 1.kemampuan beradaptasi .2.menjunjung hak hak individu dan kepentingan bersama umum.3.belajar melestarikan mengolah alam dan spiritualitas untuk memuliakan Tuhan….menjadi dasar untuk terbentuk dan berkembang banyak peradaban baru di banyak planet…multi planet value…
more minahasa timeline and frame
simple extrak sari… from the value of pakatuan wo pakalawirzen …mean continue to live long and prosperously blessed by the Almighty… (there are many more philosophies, the meaning of the word being or Minahasa value..it is too much, that’s why I summarized it in the sentence above)…

what values will Minahasan people bring to the future era of interplanetary life… of course the core values of Minahasan culture itself… where the life of Minahasan people is people who are able to live and develop the lives of generations even though they are in The geographical location of the Ring of Fire is a ring of volcanoes wher values that every Minahasan person must be able to adapt in all environments to survive and develop life and every Minahasan person is born as the master of his own life since he was born but has a shared awareness for the public interest for all. …and in life continue to learn to unite in preserving nature…and all of this becomes an expression of gratitude to glorify God, the creator of the universe…these values are 1. adaptability skill .2. upholding individual rights and the common good society. 3. learn to conserve, take care cultivate nature and spirituality to glorify God….become the basis for the formation and development of many new civilizations on many planets…multi planet value

minahasa time line frame recap 2023 i yayat u santi be blessed

its time for the manguni owl to fly free.the minahasaland symbol

englis scrol down

minahasa adalah sebuah nama dari satu persatuan,beberapa suku austronesia yang ada di semenanjung utara pulau sulawesi,lempengan pulau ini sendiri terbentuk sejak 20 juta tahun yang lalu,dari ragam lempengan yang kemudian di ikuti lempengan halmahera 11 juta tahun, adapun alam di wilayah ini di isi dengan hewan endemic dalam area wallace seperti babi rusa 20 juta tahun,yaki black macca dst dll, dan ikan colecanth 300 juta tahun yang lalu,serta ragam flora fauna endemic walacea nature lainya..nama minahasa di ambil dari bahasa makatana bahasa ragam suku dari kata ‘mina dan esa’ yang ber arti menjadi satu,yang dalam perkembangan vocal bahasa selanjutnya berkembang minaesa/maesa/minahasa,adapun suku suku yang bersatu itu adalah toumbulu,toulour,tounsea,totemboan,suku suku ini memiliki system nilai hidup masing masing yang sudah ada berkembang sejak jaman purba 8.500bc,megalit waruga 500bc,austronesia 2000/1000bc-1/200ad,mix race asia taiwaan,filipin,jepan,mongol,china,pasicif dan kemudian di abad 15/16/17/18 eropa…namun sekalipun berbeda beda mereka memiliki kisah bahwa mereka berasal dari satu keturunan yang sama dari sang pencitpa alam semesta ini ,yang mereka sebut opo wananatas dan ciptaan nya toar laki laki dan lumimuut wanita ,serta karema sebagai prantara dengan sang pencipta,mereka semua ini di ciptakan sang penguasan alam semesta lewat unsur2 alam adapun sang pencipta juga mengunakan ciptaan nya lainya untuk menyampaikan pesanya,seperti alam dan fauna ,dimana burung manguni menjadi salah satu penyampai pesan nya,sehingga burung manguni ini menjadi symbol minahasaraya,kisah persatuan ini dimulai ketika semua suku ini melakukan pertemuan pada waktu abad 600 masehi,di sebuah lokasi yang bernama pinabetengan,terletak di tengah dataran minahasa, di tandai dengan adanya sebuah batu besar yang sampai saat ini di pakai orang minahasa untuk memperingati peristiwa itu yang kisahnya diturunkan secara lisan turun temurun,adapun alasan persatuan itu adalah agar sub sub suku ini bisa hidup damai dengan pembagian wilayah masing2 dan bersystem bersama untuk kepentingan umum,yakni semacam demokrasi purba,dimana keputusan di ambil lewat pertemuan bersama oleh setiap pemimpin sub suku yang di pilih oleh masyarakat dari sub sub suku itu…sebab di minahasa tidak ada raja ..semua orang menjadi tuan atas rumahnya masing masing…namun dalam urusan umum dengan kerelaan mau di pimpim oleh kepala sukunya yang di pilih bersama …dalam perjalanan waktu kemudian beberapa sub suku lainya masuk bergabung misalkan dari suku pesisir dan pulau sekitar…demikian kisah singkat rangkuman kisah minahasa..terima kasih tuhan yesus memberkati…pakatuan wo pakalawiren…sejahtera terus dan panjang umur selalu..i yayat u santi


timeline frame
https://www.facebook.com/groups/638511343649642/permalink/947947679372672/?mibextid=Nif5oz

Minahasa is the name of a single union, several Austronesian tribes that exist on the northern peninsula of the island of Sulawesi, the island’s plates themselves were formed 20 million years ago, from various plates which were then followed by the Halmahera plate 11 million years ago, as for nature in this region in fill with endemic animals in the Wallace area such as pigs, deer 20 million years old, yaki black macca etc., and colecanth fish 300 million years ago, as well as a variety of other endemic Wallacean nature flora and fauna..the name Minahasa is taken from the Makatana language, the language of the various tribes of the the words ‘mina and esa’ which mean to be one, which in the development of the vocal language further developed minaesa / maesa / minahasa, while the united tribes are toumbulu, toulour, tounsea, totemboan, these tribes have their own life value system which there have been developing since ancient times 8,500bc, waruga megaliths 500bc, Austronesia 2000/1000bc-1/200ad,mix race asia taiwaan,filipin,jepan,mongol,china,pasicif and then in the 15/16/17/18 century the eropa…even though they are different they have a story that they come from the same descendant of the creator of this universe, which they call opo wananatas and his creations are male toar and female lumimuut , as well as karema as an intermediary with the creator, all of these were created by the master of the universe through natural elements while the creator also uses his other creations to convey his message, such as nature and fauna, where the Manguni bird is one of the messengers, so that birds This Manguni is a symbol of Minahasaraya, the story of this unity begins when all these tribes met in the 600 AD century, at a location called Pinabetengan, located in the middle of the Minahasa plains, marked by the presence of a large stone which is currently used by Minahasa people to commemorate that event whose story was passed down orally from generation to generation, while the reason for this unity is so that these sub-tribes can live in peace with their respective territorial divisions and have a shared system for the common good, namely a kind of ancient democracy, where decisions are taken through joint meetings by each the leader of the sub-tribe chosen by the people from the sub-tribe…because in Minahasa there is no king…everyone becomes the master of their respective houses…but in general affairs they are willing to be led by the chief of the chosen tribe together … in the course of time then several other sub-tribes joined in, for example from coastal and island tribes around … such a brief summary of the story of Minahasa … thank God Jesus bless … pakatuan wo pakalawiren … alweisy continue to prosper and always long live age..i yayat u santi


tourism history minahasa for expat & digital nomad in simple ings…not well pronounce but i try ���� cheers
https://www.facebook.com/groups/3755069857889394/permalink/7156137364449276/?mibextid=Nif5oz

https://youtube.com/playlist?list=PL856-dmFS9ZwM7mQpgwO6-2r0fQEK1y4H&si=05fcMC0t2JQpl20I

https://www.facebook.com/groups/3755069857889394/permalink/7156137364449276/?mibextid=Nif5oz

expat or digital nomad or every one that like to learn minahasa

just in cast you are a expat or digital nomad or every one that like to learn the minahasa raya history on minahasaland..this my u tube…but i not good in englis.. so i will try to explain some highligth minahasa tribe timeline history frame for u feal 100% to use it or share it …be blessed pakatuan wo pakalawiren alweisy prosper and long live a minahasa ancient words for terus panjang sejahtera dan panjang umur..be blessed

full u tube
https://youtube.com/playlist?list=PL856-dmFS9ZwM7mQpgwO6-2r0fQEK1y4H&si=bLwdN124a-YRK8mJ

englis part 1
the minahasa
https://youtube.com/live/CBswa5hpbwQ?feature=share

part 2
minahasa and europe explore
https://youtube.com/live/N0fcJELsQcs?feature=share

part3
missionary
https://youtube.com/live/6_-5Ax0dGQ8?feature=share

in indo
the minahasa part 1
https://youtube.com/live/jkc5mnFJE2c?feature=share

the missionaris part 2
https://youtube.com/live/yKm24T3hst4?feature=share


peradaban di minahasa intinya…
evolusi geografi pulau minahasa
https://m.facebook.com/groups/326344611138591/permalink/1747260792380292/?mibextid=Nif5oz

https://youtube.com/shorts/HxVIhRiIzik?si=O2al0i_DTZ73wA2X

ragam lapisan negeri layer of nation minahasa recap 2023

tambah wawasan tourism itenery histo minahasa archipelago

1.megalit austronesia era whit many sub sub tribe nation, abad megalit dan austronesia dengan banyak ragam negeri suku suku di minahasa
2.600ad united tribe nation minahasa under agrement in site watupinabet , kesepakatan watupinabet persatuan sub sub suku menjadi 1 suku bersama menyatu jadi satu suku besar negeri minahasa
3.century of the colonial 15-19 whit 2 state nation minahasa and portugis,spanyol,voc,perancis,ingris,belanda abad coloni dengan system 2 negara di satu wilayah minahasa dan colonial
4.1945/1950 build 1 huge join nation indonesia wher minahasa part of it,mendirikan 1 negara besar bersama bernama indonesia dimana minahasa menjadi salah satu bagian nya bersama yang lain
5.1955/60 ,civil war name permesta for otonom nation minahasa whit in big join nation indonesia ,perjuangan masyarakat untuk otonomi negeri minahasa di dalam negara indonesia
6.now otonomi minahasa whit many local city in the north celebes peninsula,part of one big nation indonesia,saat ini otonomi minahaaa dengan banyak kota kota kecil di utara semenanjung sulawesi ,bagian dari satu negara besar bernama indonesia

pakatuan pakalawizen
long live and prosper
terus selalu panjang umur dan damai sejahtera
good day be blessed

my recap 2022…minahasa punya peradabanya sendiri yang bertumbuh berkembang dengan site site arkeologya misal yang sudah ada hasil riset tidak perlu lagi di polemikan ,giring opini sana sini di bias bias kan sana sini tarik sana sini,geser sorong sana sini,plintir plintut kosana komari… yakni segitiga peradaban minahasa.. site peradaban paso 8500bc dan woloan 500/200bc dan watu pinabetengan 600ad…belum lagi riset lingkaran peradaban austronesia wallacea steven openheimer yang sensasional 45.000 dan ada begitu banyak lagi site2 minahasa yang kaya raya item item yang open riset …site tumaluntung batu susun,menhir dolment megalit yang bertebaran terhambur di minahasa baik di minsel,minut,mitra dst dll weit to be explored wgit curiosty…dengan ragam kisah sejarah mitology yang kaya raya di setiap sub tribe minahasa entah di tombulu,tonsea,toulour,totemboan,toumaratas…ada kisah peradaban awal gunung tondano,awaoan malesung toar lumi,nawanua maiyesu,lolombulan dst dll…peradaban peradaban manusia purba di gua gua homid homid dan bahkan hobits flores pun ada kisahnya denga nama touminuni…kalo masih kurang kisah kitab henok yang di tulis 300bc pun ada kisah nya di sini gunung lokon dan gunung kaweng sebagai tempat manusia naik ke atas langit ada tangga dst dll ke sorga ke suatu peradaban para dewa mengambil pengetahuan bahkan bawa beras dan kemudian larna satu dan lain hal manusia memutuskan koneksi ini tangga2 di rusak dst dll dan lukisan2 ukiran purba di gua batu dst dll….so kurang apa lagi kisah kita di minahasa

sekalipun wajar….dalam perkembangan austronesianya dia mix sana sini mongoloid,han,taiwan,filipin,indochina,pasific,latin america, dst dll itu wajar karna kunci peradaban minahasa itu yah posisi geology dan geografinya dan biosfernya…geology dan geografi minahasa ada di utara jalur laut selat sulawesi dan filipin dengan ragam kisah artifak keramik di dalam waruga penanda trading jalur rempah kuno sudah lewat minahasa…juga biosfer flora fauna minahasa yang kaya akan flora fauna endemic yang sudah ber evolusi sejak 20juta tahun yang lalu semisal babi hutan adapun ….
i love my 20 juta tahun endemic babi rusa in minahasa….a wallacea flora fauna nature a austronesia heritage …we also have many sub tribe like tombulu,tonsea,toulour,totemboan,toumaratas being united as one united tribe name it minahasa since 600ad…
from my you tube
https://youtu.be/LngYI259SPY
at tasik oki conservation center whit family …get awey from pandemic 2020

just in case u like to know how the island celebes being made and the halmahera scrol down for englis…sulawesi 20 juta thn dan halmahera 11 juta thn biosfer dan geology lempeng…
plus pic manado colecanth ikan usia 300juta tahun
https://m.facebook.com/groups/1723589594522293/permalink/3172874359593802/

geologi pergeseran lempeng dan biosfer celebes dan halmahera… sulawesi clue babi rusa 20 juta tahun lalu dan halmahera clue burung paradise 11 juta tahun lalu…. pulau halmahera 11juta tahun lalu awalnya ada di atas papua dan bergeser di tengah sulawesi dan papua..ke posisi skarang…adapun pulau sulawesi ber mix 20 juta tahun lalu terdiri dari ragam serpihan pulau yang menyatu menjadi huruf k…yang kemudian membangun biosfer culture humens etc garis wallace and weber line…bless day

sulawesi 20 million years and halmahera 11 million years biosphere and plate geology… plus pic manado colecanth fish 300 million years old … geology plate shifts and biosphere celebes and halmahera… sulawesi clues to pigs deer 20 million years ago and halmahera clues to birds of paradise 11 million years ago… Halmahera island 11 million years ago originally was above Papua and shifted in the middle of sulawesi and papua. .to the current position…as for the island of sulawesi which was mixed 20 million years ago, consisting of various island fragments that merged into the letter k…which later built the biosphere culture humens etc wallace line and weber line…bless day

semuanya ada di ujung semenanjung utara sulawesi juga selat antara sulawesi dan filipin dan jalur remoah kuno sebab minahasa tanahnya juga kaya tumbuhan endemic rempah dst dll….so enjoy the day

Stephen Oppenheimer & wallacea minahasa austronesia by igna.n

‘Arus Bolak Balik’ – (Upaya mencari daerah asal atau Homeland).
Seperti yang diilustrasikan oleh Stephen Oppenheimer. Digambarkan bahwa peradaban dari populasi maritim neolitik kepulauan Asia Tenggara sejak 45.000 tahun SM (lht lingkaran dalam gambar), dan berakhir/menyebar sekitar 5000 tahun SM, sebelum kedatangan para pendatang baru dari Utara. Ia juga menambahkan bahwa secara evolusi morfologi lokal yang didukung oleh Turner tentang bukti gigi (1987,1990), bahwa Mongoloid Selatan’ dari Indo-Cina, kepulauan Asia Tenggara dan Polinesia, dianggap sebagai nenek moyang ‘Mongoloid Utara’ dari China, Asia Timur Laut dan penduduk asli Amerika.

Hal di atas mungkin agak sedikit berbeda dengan Teori Out of Yunnan maupun Teori Out of Taiwan. Satu yang tidak berubah adalah bahwa semua populasi di atas didahului dengan populasi Australo-Melanesia, kemudian populasi Pemburu-Pengumpul (Hoabinhian), lalu Ekspansi Austronesia, dan yg terakhir adalah kedatangan orang2 dari India, China, Timur Tengah, Eropa. Hal inilah yg membentuk keragaman Genetika.

Catt: Gambar bisa saja memiliki Hak Cipta, dan bukan untuk Komersil. (Gambar oleh Stephen Oppenheimer)

https://thewest.com.au/technology/dragon-man-may-be-new-ancient-human-c-3230430.amp

A potentially new species of ancient human discovered in China may replace Neanderthals as our closest relative and reshape the understanding of human evolution, according to scientists.
Dubbed Homo longi or “Dragon Man”, the human relative was identified from a skull fossil, known as the Harbin cranium, which was reportedly found in Harbin City in Heilongjiang province in 1933.
The Harbin cranium is thought to be more than 146,000 years old and came from a male aged about 50.
Researchers said the skull was big enough to hold a brain similar in size to a modern human’s.
But they said the Dragon Man would have had comparatively larger eye sockets, thick brow ridges, a wide mouth, and oversized teeth.
In their findings, published as three papers in the journal The Innovation, the experts said the fossil suggested Homo longi was closer to modern humans (Homo sapiens) than the Neanderthals and pointed to a new sister lineage.
Xijun Ni, a professor of primatology and paleoanthropology at the Chinese Academy of Sciences and Hebei GEO University, and author on two of the papers, said: “It is widely believed that the Neanderthal belongs to an extinct lineage that is the closest relative of our own species.
“However, our discovery suggests that the new lineage we identified that includes Homo longi is the actual sister group of Homo sapiens.”
The researchers believe the Dragon Man lived on a forested floodplain as part of a small community.
They said he, and the ancient Harbin people, would probably have been “very large in size” and capable of adapting to harsh environments.
They hypothesise the Dragon Man’s community would have encountered modern humans during his time, which was “a dynamic era of human species migration”.
Professor Chris Stringer, research leader at the Natural History Museum in London, and an author on two of the papers, said: “We see multiple evolutionary lineages of Homo species and populations co-existing in Asia, Africa, and Europe during that time.
“So, if Homo sapiens indeed got to East Asia that early, they could have a chance to interact with Homo longi, and, since we don’t know when the Harbin group disappeared, there could have been later encounters as well.”
The researchers said their findings had the potential to rewrite major elements of human evolution and push back the common ancestor modern humans share with Neanderthals even further back in time – roughly 400,000 years earlier than previously thought.
“The divergence time between Homo sapiens and the Neanderthals may be even deeper in evolutionary history than generally believed – over one million years,” Ni said.
“Altogether, the Harbin cranium provides more evidence for us to understand Homo diversity and evolutionary relationships among these diverse Homo species and populations.
“We found our long-lost sister lineage.”

disagreed tentu saja …so susah susah da riset kong recap…masa dapa note…but any way…the point is…this note about point of minahasa timeline highligt… sapa dorang yg nda suka minahasa history jadi ter timeline bagus dsri titik minahasa …heeem curious


minahasa time history dan ragam sumber pdf
minahasa timeline
https://drive.google.com/drive/folders/1m3gOoWIFS5mYYfsqbGNq90e9A-5NsO8s?usp=sharing

pa guru om Vshp Valry Prang ini jo kita punya neh minahasa a-z frame timeline semoga berguna for all ultah 1 ni grup MITOLOGI, SEJARAH & BUDAYA MINAHASA 27 february 2021
gutenmorgen be blessed

ragam link dan pdf
https://www.facebook.com/groups/638511343649642/permalink/857544078413033/

1.Prehistory 3million years to 3000bc
Paleolithic 3m-10000bc
First humen 2.5m/fire 1m

Ikan coelacanth laut minahasa sulawesi 400juta tahun
babi rusa 20 juta tahun endemic walacea minahasa
riset steven openheimer lingkaran peradaban 45.000 tahun

2.neolithic 10000bc – 3000bc
agriculture

Batu susun tumaluntung date ?
– Site paso kakas dano tondano 8500/8000/4000 bc prof peter bellwood

3.history
ancient age 3000bc-476ac
Megalit 2500bc-1500bc
Austronesia

Waruga woloan 500bc/200bc dr.bagyo prasetyo ,-140ad
-kisah minahasa malesung & mongol,han,jepang,taiwan,filipina austronesia dll

4.Medievel age
476ac-1492ac

-Site watu pinabetengan 600m dr.riedel
-site2 watu malesung minahasa

5.Moderen age
1492-1789

-Dotu lolong lasut waruga 1450-1520 membangun negeri wenang manado tombulu minahasa
– portugis minahasa 1509-1523/26 surat kapten maluku antonio de brito to simao de abreu kata manada/manado,panguensara/likupang by uncel joaqum magelans penulis buku lautan rempah…
https://www.tokopedia.com/bukugalileo/lautan-rempah-peninggalan-portugis-di-nusantara?src=topads
-benteng portugis amurang 1512
-kerajaan portugis maesa likupang 1525
-1521 fernando de magelhaens sampai filipina
-pabrik portugis manado 1540
-kema 1547 fransiskus xaverius
— 1563 pembabtisan diego de magelhaens disingkil, pulau manado tua
– benteng/penjara portugis 1564
– 1568 pater pedro mascarenhas

6.Jaman colonial di minahasa
1500-1679 & 1679 kesepakatan voc -1799

-1575 portugis membangun sekolah don bosco di manado
1580 spanyol anex portugis
-1608 spanyol menguasai semua wilayah portugis di maluku
-1606/17 spanyol minahasa christoval suarez/1617 misi ordo jesuit pater j.b.scialamonte/cosmos pinto
-1639 -1644/45 surat pater juan ilranzo di minahasa by pastor frangky eky rengkung
-1644/45 perang minahasa raya vs spanyol
-1645-1679 perang minahasa mempertahankan wilayah minahasa
-1679 kesepakatan verbond minahasa dan voc, benteng niue amsterdam wenang,oade kerk ds jacobus montanus dkk
-1799 voc bangkrut
-1799 -1816 minahasa dalam perebutan kekuasaan eropa
– 1795-1806-1811 republic bataf belanda di bawah perancis juga semua wilayah colonial
-1807/8 perang tondano
-1811-1815 belanda di bawah inggris begitu pun wilayah kolonial
-1816 belanda balik masuk minahasa
-1817 joseph kam era awal nzg minahasa
– gereja sion tomohon 1831
-1840-1850 the jasper clan build manado harbour by note uncel peter james jasper
1850-19 misi nzg
https://www.facebook.com/groups/283016886404660/permalink/863683771671299/
https://www.facebook.com/groups/283016886404660/permalink/627347281971617/
-1859 wallace trip and note to minahasa
1867 n.grafland note dal minahasa about minahasa to roterdam

7.Contemporary age
1789-1914
8.Tecnology age
1934-1969
Space tecnology
1969-2000
Digital tecnology
2000- saat ini

-1942 belanda di minahasa di kalahkan jepang
-1942-1945 minahasa di bawah jepang
-1945 ikut kemerdekaan indonesia
-1946 -1950 bagian negara indonesia timur 1950 refrendum di menangkan pro republik indonesia vs minahasa merdeka/bagian propinsi belanda
-1955-1960 permesta
-1960 – sekarang otonomi minahasa
-2000 – kongres minahasa raya
https://m.facebook.com/groups/638511343649642/permalink/858301021670672/

the lost history of voc harbour seaport dock…a global worldwide harbour seaport dock in wenang tombulu tribe manado minahasa austronesia authority.be blessed.
mr@albertleemkuil post special for u a history timeline of minahasa also for mam @sylvia_provoost.

wenang manaror manada manado tombulu minahasa austronesia timeline.
-starting point Dotu lolong lasut waruga 1450-1520 to build a state of authority,manaror, manado, tombulu, minahasa
– Portuguese Minahasa 1509-1523/26 letter from Maluku captain antonio de brito to simao de abreu words manada/manado,panguensara/likupang by uncel joaqum magelans author of the book sea of spices…manada in portugis mean ‘herd’,kawanan,’..i guest it point to island herd in minahasa https://www.tokopedia.com/bukugalileo/lautan-umbu-peninggalan-portugis-di-nusantara?src=topads

-Portuguese fort Amurang 1512
-the Portuguese kingdom of Maesa Likupang 1525
-1521 fernando de magelhaens to philippines
-Manado portuguese factory 1540 (wallace note 1859)
-kema 1547 francis xavier dkk
– 1563 christening of diego de magelhaens babtized at singkil,old Manado island
– Portuguese fortress/prison 1564
– 1568 Father Pedro Mascarenhas .

Colonial era in Minahasa 1500-1679 & 1679 deal voc -1799

-1580 spanish anex portuguese
-1608 Spanish rule over all Portuguese territory in Maluku -1606/17 Spain Minahasa Christoval Suarez/1617 Mission of the Jesuit Order Fr. J.B. Scialamonte/Cosmos Pinto
-1639 -1644/45 Fr. Juan Ilranzo’s letter in Minahasa by Pastor Frangky Eky Rengkung
-1644/45 minahasa raya vs spain war
-1645-1679 Minahasa war defends Minahasa territory
-1679 agreement verbond Minahasa and VOC,fort niue amsterdam, oade kerk ds jacobus montanus etc
-1799 voc broke
-1799 -1816 Minahasa in the struggle for European power
– 1795-1806-1811 Republic of the Netherlands Bataf under France as well as all colonial territories
-1807/8 tondano war
-1811-1815 the Netherlands under the British as well as the colonial territory
-1816 the Dutch returned to Minahasa
-1817 joseph kam early era nzg minahasa
– nzg build Zion Tomohon Church 1831
-1840-1850 the jasper clan build manado harbour by note uncel peter james jasper
1850-19 misi nzg
https://www.facebook.com/groups/283016886404660/permalink/863683771671299/
https://www.facebook.com/groups/283016886404660/permalink/627347281971617/
-1859 wallace trip and note to minahasa
1867 n.grafland note dal minahasa about minahasa to roterdam

minahasa arti nama & sub sub suku nya

minahasa = mina esa artinya menjadi satu
(wata esa ene …wata/semua,esa/satu,ene/setuju )

malesung = ma lesung/lisung
awaoan =
majesu =
touminuni =

sub sub suku
1.toumwuluh/bulu,majesu,touminuni = tou orang ,wuluh/buluh bulu bambu ( area yang banyak tanaman bambu,orang kecil )
2.toulour/doud/rano = tou orang lour/doud/rano air/danou (area yang banyak air/ada danou)
3.tousea/toutewoh = tou orang ,sea/jenis kayu di kembuan
4.toutemboan/toumpakewa = tou orang,temboan/dataran/pegunungan tinggi
5.toumaratas/touwuntu/toulumawak/touratan = tou orang,wuntu /daratan rendah,lumawak/dataran tinggi

dan beberapa sub suku tambahan dalam kurun waktu selanjutnya,bantik,babontehu,nusa utara,bolmong,gorontalo dst dll

timelaps timeline frame
1.minahasa umum
https://www.facebook.com/groups/638511343649642/permalink/947947679372672/

2.toumbulu
3.tounsea
4.tountemboan
5.toumaratas


minahasa malesung karema empung toar lumi/han/putri mongol..gbu
…lets think curious and be blessed nice weekends
https://www.facebook.com/groups/638511343649642/permalink/834039567430151/

1.segitiga site arkeology/megalit peradaban minahasa beranjak dari site arkeology peradaban situ paso kakas tondano dah ada dari 8.500 tahun yang lalu tumbuh berkembang membangun suatu peradaban malesung minahasa hingga site arkeology megalit waruga woloan 500bc/200bc-140ad ke site watu pinabentengan 600m…
– dengan mitology karema dan opo empung dan lumi dan toar dalam cosmoloy buku pdt dr yosef saruan – togas judul opo fan allah bapa…
– adapun garis ini bersifat sementara sebab mungkin saja nanti ada temuan baru carbon date di site batu susun tonsea atau lisung minsel dan minut …yg bisa mengubah frame timeline alur di atas..

2.dengan kisah toar lumi dari dynasty han oleh om weili boseke…
– dynasty han ada sekitar 200bc -200ad site arkeology keramik pasifik dari dataran tiongkok dah ada jalur route lewat minahasa.

3.dengan kisah putri mongol yang di pertemukan karema/ opo empung dengan toar dari malesung dan ber rumah tangga dan tou ure dalam buku opa jante supit.
– kerajaan mongol awalnya hanya suku di satukan menjadi 1 oleh gengis khan 1206-1370 dan 1234 menguasai cina yang otomatis juga route pasifik yang melewati minahasa…hingga site arkeology expansi mongol ke jawa 1293 …namun ada juga kisah dengan tahun yang lebih tua lagi di mana proto mongol di bawah kekuasaan bangsa hun 370-469 mendominasi asia sampai timur eropa di bawah attila the hun 406 – 453 ….dan ada juga kisah yang lebih awal lagi proto mongol hun sudah mempengaruhi dataran cina dengan pusatnya di xiongnu 209sm-174sm dan ada kisah yang uniq di sini di mana raja touman teoman 221sm-209sm…memiliki 2 anak laki laki yg sulung di buang karna dia lebih suka yang bungsu dan yang tua modu kembali membunuh ayahnya dan menyingkirkan ibu tirinya serta adik bungsu nya ( mungkin mereka lari ke minahasa )..

short note frame timeline
di minahasa dah ada riset peradaban paso oleh prof peter bellwoods dan riset cosmology buku pdt dr yose saruan- togas judul opo dan allah bapa dan buku riset om weilem boseke soal dynasty han dan buku riset opa jantje supit soal putri mongol… so kalo ikut timeline 123 di atas dapat frame timeline …minahasa dengan peradaban purba paso 8500bc hingga site waruga woloan 500bc/200bc-140ad ke site watu pinabentengan 600m …berkembang jadi 1 peradaban minahasa malesung karema opo empung …. dan mendapatkan pengaruh dari dynatsy han 200bc-200ad…. dan kemudian kembali di isi era kerajaan mongol abad 1206-1370 atau bisa lebih awal lagi dalam proto mongol bangsa hun abad 3 dan 4 masehi puncak attila the hun kuasai asia atau yg lebih tua kisah touman raja mongol dan perebutan kerajaan dengan anak anak nya 221-209…bisa saja memang kedua kerajaan ini baik han cina dan hun mongol benar benar ada di minahasa menjadi salah satu sub suku minahasa bisa dalam kurun waktu bersamaan atau terpisah… selanjutnya barat abad 15 …sepertinya minahasa semenanjung sulawesi ini tempat pelarian arau seperti save house tempat menyingkir yang aman bagi para dynasty …masing masing membawa kisah nya dan me mix akulturasi dengan kisah apa yang sudah ada di malesung minahasa dan yang baru kemudian …sehingga ter campur namun bisa di pilah2 runtut per bagian2 untuk di lihat frame timeline nya…ragam kisah ini yang justru menjadikan minahasa itu sendiri sebagai suatu kesatuan demokrasi minahasa karna masing2 sub suku punya ragam kisahnya sendiri …dan yg paling uniq itu kalo batu batu susun di tonsea minahasa dll itu ternyata mirip nan madol 14.000 bc..atau lisung2 minsel dan minut… it will be just wow menarik timeline minahasa lebih jauh ke blakang entah frame timeline kisah apa yg akan di hasilkan lagi …more curious whit ,what will come out as story whit this minahasanese frame and timeline history …good day be blessed

ada ada jo ini yang ba report2 masakan minahasa a-z timeline frame yg so di upayakan terkumpul di report ….heng eror butul…
https://m.facebook.com/groups/326344611138591/permalink/1357626741343701/

recap 2022
arkeologi purba minahasa & kisah purba minahasa tourism itenery

letak geografis minahasa yg ada di utara persimpangan jalur banyak mata angin menjadi kunci mengapa ada banyak sekali lapisan kisah dan peninggalan site purba yang menjadi anomali2 ragam peradaban yang saling berlapis lapis silih berganti dengan banyak kisah ragam sub suku minahasa…yang kemudian menyatu di abad 600masehi sejak saat itu minahasa menyatu demokratis system kepala suku dst dll dan juga orang minahasa ada tumani kawanua di mana mana global

di mulai dari 3 titk awal starting point riset dan banyak skali ragam riset open riset lainya

1.titik prof peter bellwods kakas paso gereja imanuel 8500bc ( peradaban awal kono purba minahasa )
2.titik waruga woloan 500/200bc dr bagyo susatyo ( peradaban tua malesung )
3.titik watupinabetengan dr riedel 600ad masehi ( awal titik minahasa 600-2022 dah 1422 tahun minahasa exsist dan indonesia sejak 1945 )

lingkaran peradaban Stephen Oppenheimer & wallacea minahasa austronesia by igna.n

‘Arus Bolak Balik’ – (Upaya mencari daerah asal atau Homeland).
Seperti yang diilustrasikan oleh Stephen Oppenheimer. Digambarkan bahwa peradaban dari populasi maritim neolitik kepulauan Asia Tenggara sejak 45.000 tahun SM (lht lingkaran dalam gambar), dan berakhir/menyebar sekitar 5000 tahun SM, sebelum kedatangan para pendatang baru dari Utara. Ia juga menambahkan bahwa secara evolusi morfologi lokal yang didukung oleh Turner tentang bukti gigi (1987,1990), bahwa Mongoloid Selatan’ dari Indo-Cina, kepulauan Asia Tenggara dan Polinesia, dianggap sebagai nenek moyang ‘Mongoloid Utara’ dari China, Asia Timur Laut dan penduduk asli Amerika.

Hal di atas mungkin agak sedikit berbeda dengan Teori Out of Yunnan maupun Teori Out of Taiwan. Satu yang tidak berubah adalah bahwa semua populasi di atas didahului dengan populasi Australo-Melanesia, kemudian populasi Pemburu-Pengumpul (Hoabinhian), lalu Ekspansi Austronesia, dan yg terakhir adalah kedatangan orang2 dari India, China, Timur Tengah, Eropa. Hal inilah yg membentuk keragaman Genetika.

Catt: Gambar bisa saja memiliki Hak Cipta, dan bukan untuk Komersil. (Gambar oleh Stephen Oppenheimer)

dan ragam open riset site purba dan kisah2 purba minahasa yang sangat banyak tersebar di semenanjung utara sulawesi aechipelago ini yang menunggu riset dst dll…never ending story…misalkan

1.pyramid tumaluntung lahan opa luntungan tonsea
2.dolment/menhir batu lesung minsel totemboan,minut toumaratas
3.megalit site area mahawu,empung,lokon,tatawiran,bukit inspirasi,masarang,tampusu,wawo dst dll tombulu tomohon,tapak kaki raksasa kaima kinilow,tangga2 batu ranoue kinilow raya,kisah tangga langit lokon
4.kisah2 dano tondano dan pegunungan sekitarnya,kisah tangga langit gunung kaweng
5.kisah gunung klabat
6.kisah gunung 2 soudara,dano wudu dll
7.kisah2 rentetan gunung bukit dimembe
8.kisah penguasa laut utara minahasa likupang dll
9.kisah gunung wulur mahatus
10.kisah gunung lolong bulan
11.kisah gunung soputan
12.kisah rentetan gunung bukit langowan
13.tagaroa lintas wilayah
14.austronesia expansion 3000bc
15.nature world wallace weber line ratusan ribu tahun
16.jalur rempah dari awal jaman peradaban kuno dunia
17.kisah gunung sinonsayang

peradaban di minahasa intinya…my recap 2022…minahasa punya peradabanya sendiri yang bertumbuh berkembang dengan site site arkeologya misal yang sudah ada hasil riset tidak perlu lagi di polemikan ,giring opini sana sini di bias bias kan sana sini tarik sana sini,geser sorong sana sini,plintir plintut kosana komari… yakni segitiga peradaban minahasa.. site peradaban paso 8500bc dan woloan 500/200bc dan watu pinabetengan 600ad…dan ada begitu banyak lagi site2 minahasa yang kaya raya item item yang open riset …site tumaluntung batu susun,menhir dolment megalit yang bertebaran terhambur di minahasa baik di minsel,minut,mitra dst dll weit to be explored wgit curiosty…dengan ragam kisah sejarah mitology yang kaya raya di setiap sub tribe minahasa entah di tombulu,tonsea,toulour,totemboan,toumaratas…ada kisah peradaban awal gunung tondano,awaoan malesung toar lumi,nawanua maiyesu,lolombulan dst dll…peradaban peradaban manusia purba di gua gua homid homid dan bahkan hobits flores pun ada kisahnya denga nama touminuni…kalo masih kurang kisah kitab henok yang di tulis 300bc pun ada kisah nya di sini gunung lokon dan gunung kaweng sebagai tempat manusia naik ke atas langit ada tangga dst dll ke sorga ke suatu peradaban para dewa mengambil pengetahuan bahkan bawa beras dan kemudian larna satu dan lain hal manusia memutuskan koneksi ini tangga2 di rusak dst dll dan lukisan2 ukiran purba di gua batu dst dll….so kurang apa lagi kisah kita di minahasa

sekalipun wajar….dalam perkembangan austronesianya dia mix sana sini mongoloid,han,taiwan,filipin,indochina,pasific,latin america, dst dll itu wajar karna kunci peradaban minahasa itu yah posisi geology dan geografinya dan biosfernya…geology dan geografi minahasa ada di utara jalur laut selat sulawesi dan filipin dengan ragam kisah artifak keramik di dalam waruga penanda trading jalur rempah kuno sudah lewat minahasa…juga biosfer flora fauna minahasa yang kaya akan flora fauna endemic yang sudah ber evolusi sejak 20juta tahun yang lalu semisal babi hutan adapun ….
i love my 20 juta tahun endemic babi rusa in minahasa….a wallacea flora fauna nature a austronesia heritage …we also have many sub tribe like tombulu,tonsea,toulour,totemboan,toumaratas being united as one united tribe name it minahasa since 600ad…
from my you tube
https://youtu.be/LngYI259SPY
at tasik oki conservation center whit family …get awey from pandemic 2020

just in case u like to know how the island celebes being made and the halmahera scrol down for englis…sulawesi 20 juta thn dan halmahera 11 juta thn biosfer dan geology lempeng…
plus pic manado colecanth ikan usia 300juta tahun
https://m.facebook.com/groups/1723589594522293/permalink/3172874359593802/

geologi pergeseran lempeng dan biosfer celebes dan halmahera… sulawesi clue babi rusa 20 juta tahun lalu dan halmahera clue burung paradise 11 juta tahun lalu…. pulau halmahera 11juta tahun lalu awalnya ada di atas papua dan bergeser di tengah sulawesi dan papua..ke posisi skarang…adapun pulau sulawesi ber mix 20 juta tahun lalu terdiri dari ragam serpihan pulau yang menyatu menjadi huruf k…yang kemudian membangun biosfer culture humens etc garis wallace and weber line…bless day

sulawesi 20 million years and halmahera 11 million years biosphere and plate geology… plus pic manado colecanth fish 300 million years old … geology plate shifts and biosphere celebes and halmahera… sulawesi clues to pigs deer 20 million years ago and halmahera clues to birds of paradise 11 million years ago… Halmahera island 11 million years ago originally was above Papua and shifted in the middle of sulawesi and papua. .to the current position…as for the island of sulawesi which was mixed 20 million years ago, consisting of various island fragments that merged into the letter k…which later built the biosphere culture humens etc wallace line and weber line…bless day

semuanya ada di ujung semenanjung utara sulawesi juga selat antara sulawesi dan filipin dan jalur remoah kuno sebab minahasa tanahnya juga kaya tumbuhan endemic rempah dst dll….so enjoy the day

i love my 20 juta tahun endemic babi rusa in minahasa….a wallacea flora fauna nature a austronesia heritage …we also have many sub tribe like tombulu,tonsea,toulour,totemboan,toumaratas being united as one united tribe name it minahasa since 600ad…
from my you tube
https://youtu.be/LngYI259SPY
at tasik oki conservation center whit family …get awey from pandemic 2020

just in case u like to know how the island celebes being made and the halmahera scrol down for englis…sulawesi 20 juta thn dan halmahera 11 juta thn biosfer dan geology lempeng…
plus pic manado colecanth ikan usia 300juta tahun
https://m.facebook.com/groups/1723589594522293/permalink/3172874359593802/

geologi pergeseran lempeng dan biosfer celebes dan halmahera… sulawesi clue babi rusa 20 juta tahun lalu dan halmahera clue burung paradise 11 juta tahun lalu…. pulau halmahera 11juta tahun lalu awalnya ada di atas papua dan bergeser di tengah sulawesi dan papua..ke posisi skarang…adapun pulau sulawesi ber mix 20 juta tahun lalu terdiri dari ragam serpihan pulau yang menyatu menjadi huruf k…yang kemudian membangun biosfer culture humens etc garis wallace and weber line…bless day

sulawesi 20 million years and halmahera 11 million years biosphere and plate geology… plus pic manado colecanth fish 300 million years old … geology plate shifts and biosphere celebes and halmahera… sulawesi clues to pigs deer 20 million years ago and halmahera clues to birds of paradise 11 million years ago… Halmahera island 11 million years ago originally was above Papua and shifted in the middle of sulawesi and papua. .to the current position…as for the island of sulawesi which was mixed 20 million years ago, consisting of various island fragments that merged into the letter k…which later built the biosphere culture humens etc wallace line and weber line…bless day

peradaban awal minahasa
https://www.facebook.com/groups/638511343649642/permalink/948168352683938/

https://www.facebook.com/groups/638511343649642/permalink/908183723349068/

https://www.facebook.com/groups/638511343649642/permalink/947947679372672/

lempeng minahasa
https://www.facebook.com/groups/638511343649642/permalink/947944959372944/

nama minahasa dan anak anak sukunya recap 2022
https://m.facebook.com/groups/638511343649642/permalink/1024987881668651/

kisah minahasa dan tonsea
https://www.facebook.com/groups/638511343649642/permalink/1024987311668708/

daftar hukum tua kinilow
https://www.facebook.com/groups/638511343649642/permalink/1025744294926343/

daftar hukum tua kakaskasen
https://www.facebook.com/groups/638511343649642/permalink/1025750614925711/

ragam data pdf googel drive….adapun kita cuman mo bilang silahkan pake asal for cuman for minahasa jangan pake justru for kase beking kabur sejarah minahasa …sebab torang ada lahir dan tong pe luluhur lahir dari ini tampa ini minahasaland minahasaraya jangan kong lupa diri jadi nentau diri…blajar tau ber terima kasih atas berkat Tuhan yesus kristus untuk ini minahasaland minahasa raya…btw kt kase frei mar jang lupa ber terima kasih tulis dari mana neh …ada data dari ope roderick c wahr dst dll museum kampus eropa deng tape teman teman bule juga sejarawan local misal opa harry kawilarang .pastor frangky rengkung opa pdt danny weku .pa guru jan supit .pade yos saruan togas opo dan allah bapa dst dll…pakatuan wo pakalawirem selalu sejahtera dan panjang umur be blessed

https://drive.google.com/drive/folders/1hK3IGaH0uy8SSKFzD7xvBvyavN6DLFyk

https://drive.google.com/drive/folders/1Fa5k48q4y86_pSk03WzM5UDCKigyeoAU

tombulu tua tombulu teks sejarah tombulu minahasa raya by r.wahr

opa roderick.c.wahr untuk teks belanda dan dari om frank boseke dst dll

Vian Togas
Maaf, ini terjemahan komplit.

Saya sempat menerjemah teks yang dikirim.
Metode terjemahan saya:
1. Perbaiki dulu teks Belanda lama ke bahasa modern.
2. Terjemahkan teks ke dalam bahasa Indonesia menggunakan Google Translate.
3. Perbaiki kesalahan yang dibuat oleh Google Terjemahan.

Oleh karena itu penting untuk mengetahui bahasa aslinya dengan baik (Belanda) dan untuk mengetahui terjemahannya (Bahasa Indonesia) secara memadai.

PERMINTAAN UNTUK DI TERJEMAH tgl. 21-10-2021:

1.teks gunung lokon jalan surga,tangga surga
Dengan orang Minahassa kuno, Gunung Lokon adalah jalan menuju surga, dan para dewa pergi ke sana, tetapi pahlawan Warere, sebagai pembalasan yang dilakukan padanya ketidakadilan, dengan pedangnya membelah gunung menjadi dua. Seperti yang telah kita lihat di bagian pertama, Lokon masih merupakan jalan di mana pendeta (yaitu, barang jiwanya) naik ke tempat tinggal para dewa.

2.teks batu tumotowa pendirian desa
========
Ini juga Menyangkut Pendirian Desa dengan Batu Penanda: Tumotowa di Tontemboan dan Sumanti di Tombulu.

Ada kebiasaan di antara orang Minahasa kuno, kemungkinan besar terkait dengan pemujaan terhadap pendiri desa.
Ketika seorang pergi untuk menemukan sebuah desa di sana, seorang imam mendahului tempat di mana hal ini harus dilakukan, dipersenjatai dengan tongkat persegi yang disebut “rërët” dan dengan balin dari rambut Arenga saccharifera, yang disebut lentu. Setiap kali burung hantu memberikan suara, pendeta menggaruk reret dan memecahkan lentu. Jika dia telah mendengar suara ini 9 kali, menurut orang lain 99 kali, rerët dan lentu ditempatkan di pot tanah dan dikubur.
Di dekat tempat itu sebuah batu didirikan, diapit oleh dua batu yang lebih kecil. Menurut beberapa orang, batu-batu ini akan mewakili penis dengan buah zakar.
Batu-batu ini disebut dalam bahasa Tontemboan tumotowa yang berarti “memanggil”, dalam bahasa Tomboeloe sumanti. Jika kita menganggap bahwa suara burung hantu itu seharusnya suara nenek moyang, bukan tidak mungkin ada orang yang ingin merekam suara nenek moyang itu di desa. Ini sangat pasti bahwa batu-batu yang disebutkan sangat penting bagi desa; kesejahteraan penduduk desa tergantung pada batu-batu ini. Dari suku Tontemboan kita masih menemukan catatan bahwa roh penjaga desa itu terletak di sebuah bukit di dekatnya.
Roh seperti itu, meskipun dikenal di tempat lain dengan namanya sendiri, tidak pernah dipanggil di desa yang bersangkutan selain Si Manembo (memandang ke bawah) atau Si Manembo-neinbo (yang terus-menerus melihat ke bawah, yaitu di desa).
(Schwarz’, 277).

3.teks hakim megigirot muntu untu
=========
Ini Juga soal si Megigirot/Hakim, yaitu Muntu-untu.

Dengan cara yang sangat instruktif kita melihat berbagai fungsi matahari yang didedikasikan untuk berbagai orang di Minahasa.
Muntu-untu adalah matahari, pemberi hukum. Ia berdiam di sebuah rumah yang di dalamnya terdapat beberapa tempat tinggal, untuk orang yang benar dan orang yang tidak benar; jadi dialah hakimnya. Tidak ada yang tumbuh di halaman rumahnya (ini menandakan surga) dan di halaman itu dia duduk di magirot (???), yaitu: dengan tongkat panjang dia menggambar garis di tanah untuk menambah kekuatan pada alasannya. seperti yang biasa dilakukan oleh para kepala suku Minahasa di zaman dahulu. Koemokomba, putranya, juga harus mempelajari pekerjaan ini. Koemokombo berarti “meramal masa depan”, jadi menggambar garis ke sisi lain.
Muntu-untu dengan demikian akan naik, Koemokomba akan jatuh.
Sosok lain untuk matahari adalah To’ar. To’ar adalah putra dan suami Lumimuut, Bumi. Seseorang sampai pada gagasan ini, karena menurut gagasan orang-orang matahari keluar dari bumi pada pagi hari (matahari sebagai anak), dan pada malam hari matahari kembali ke bumi lagi (matahari sebagai anak). suami bumi). Sekarang putri To’ar dan Lumimu’ut adalah Lintjambene; dia menikah dengan Muntu-untu, matahari.
Dia sekarang menasihati putranya, Kumokomba, yang disebutkan di atas, untuk menjadi bagian dari ayahnya dalam pekerjaan menilai berbicara keadilan.
Kumokomba, oleh karena itu, naik ke punggung ayahnya, dan ketika yang terakhir memukul garis lain di tanah dengan tongkatnya, dia menusuk bagian atasnya ke mata putranya. Dia sekarang mulai menangis tak terkendali, dan dia tidak akan dihibur sampai ayahnya berjanji kepadanya bahwa sejak saat itu dia akan berbagi pekerjaan peradilan dengannya.
Dewa lain yang juga berperan dalam keilahian orang Minahasa adalah Si Marendor, yang setengah manusia setengah dewa. Setengah manusia biasa sampai melunak, dan setengah ini menjadi sehat, ketika setengah lainnya menjadi jelas. Dari kisah-kisah yang ada tentang dewa ini, dapat disimpulkan bahwa Si Marendor adalah matahari pada titik ketika ia telah naik setengah di atas cakrawala. — Selanjutnya, Kerito adalah fase matahari sebagai dewa api; dia setengah batu dan setengah daging. Manusia tidak boleh memandangnya di rumahnya (karena matahari membutakan mata).

4.teks kumokomba anak muntu untu dan lingkanbene
=========
Ini juga soal Kumokomba anak dari Muntu-untu dan Lingkanbene

Di Tontemboan di Minahasa, salah satu kasuruhan besar atau “dewa” Kumokomba, “pengatur”, mengendalikan nasib rakyat dan menentukan usia. Ibunya adalah Lintjambene, seorang dewi, yang juga dinyanyikan di tempat lain di Minahasa sebagai dewi padi. Pada setiap kelahiran anak, konon, Kumokomba membuat sekering dan menyalakannya. Sekarang jika sumbu terbakar sampai akhir, anak itu akan hidup lama; jika dia keluar di tengah jalan, pria itu tidak akan menjadi tua. Demikianlah dikatakan tentang seorang pria yang meninggal di puncak hidupnya: suwëngna kolek (sekringnya pendek).

5.teks patung teteles
=========
Ini soal Patung TETELES yang biasa dipakai dalam sebuah Foso di Minahasa zaman dulu:

Dari Uit de Minahasa Graafland menggambarkan penggantian jiwa ini, tanpa mengetahui untuk apa patung itu: “Di Toumbulu dan Tounsea orang juga memiliki patung yang diukir dari kayu setinggi sekitar satu kaki, yang digunakan oleh orang dahulu, dan sebagian besar oleh para wali (pendeta) disimpan di loteng atau di bawah atap rumah”.
Mereka adalah boneka yang berbeda, mewakili sebagian besar makhluk perempuan, dilihat dari alat kelaminnya. Mereka berfungsi sebagai jimat, yang dianggap memiliki kekuatan besar jika terjadi penyakit, dan memang termasuk dalam fosso keluarga di antara objek yang dimaksudkan untuk meningkatkan makna fosso (pesta pengorbanan) …. Mereka menyandang nama Tëtëlës, yang artinya tidak jelas bagi kita. Karena (…) berarti “membeli”, dan tëtëlës harus berarti “yang telah dibeli”. Hal ini juga digunakan sebagai persembahan di akewas (???) … Ada kemungkinan orang menggunakan tëlës untuk meminta pengampunan dalam kasus penyakit atau dalam kasus fossos dengan mempersembahkan korban. (Graafland ‘I, 248-249).
Pada penelitian pribadi di Minahasa, segera menjadi jelas bagi saya bahwa tëtëlës tidak lebih dari pengganti materi jiwa yang dihilangkan, yang dengannya nama “yang telah dibeli” dijelaskan. Ketika kebiasaan ini tidak digunakan lagi, boneka-boneka yang masih ada dilestarikan sebagai pengingat paganisme kuno, dan kurang lebih dihormati.

1.teks
Deze zelfde combinatie van priesterschap en shamanisme vond men
bij de Jfinahassers. Ik zelf woonde in 1901 nog zulk eene plechtigheid bij van heiden gebleven Minahassers, die naar Bolaang Mongondooe waren uitgeweken. De w a 1 i a n (bij de Tontemboan vrouwen ,
bij de Tooemboeloe mannen) zit bij het mareindeng, omgeven
door enkele mindere walians, op eene bank.
De leider heeft een bos
Oracaena-bladeren in de rechterhand, welken bos hij nu eu dan
met de linkerhand omsluit, als om er iets in op te sluiten. Voortdurend houdt hij de oogen gesloten, terwijl hij zijnen zang zingt.
Iedere afdeeling van dien zang begint hij met driemaal over de
vóór hem staande tafel te strijken, en een geluid te maken, als
waarmede Europeanen honden roepen (dit geluid dient meestal om
zielestof aan te lokken). Volgens mededeeling van walians komt een
geest uit den hemel neergedaald langs een ladder van hout en rotau.
Deze geest zet zich op den rug (tusscheu de schouders) van den
waliau neer, en vaart zóó in hem. Deze geest voert dan de zielestof
van den priester met zich mede op eene reis naar de goden. De
weg gaat langs den berg Lokou. Telkens wanneer beiden in de
woning van een nieuwen geest zijn aangekomen, wordt ondersteld,
dat die geest in den walian gevaren is. Deze houdt dan onmiddellijk
op met deu zaug, waarin hij zijne reiservaringen mededeelt, en
spreekt met veranderde stem; dit is de geest, die door hem spreekt.
De zegen van iederen geest, bij wieu de waliau komt, wordt in deu
bos Dracaena-bladeren opgevangen, waarna hij dezen bos driemalen
over deu feestgever strijkt. Heeft hij zoo een bezoek gebracht aan
de goden van den Lokou, dan gaat de walian met zijn geleidegeest
naar de goden van het Lolomboelan-gebergte. Vervolgeus naar die
van den Siuosaja, om ten slotte naar het strand af te daleu. Heeft
een groot offerfeest plaats, dan strekt de priester zijne ingebeelde
wandeling veel verder uit. Waar hij heengaat, wat hij ziet en doet,
geeft hij alles in zijueu zaug te kennen. Bij de Tooemboeloe heet
deze plechtigheid maugorai; ze heeft op dezelfde wijze plaats als
het beschreven mareindeng; de plaatseu, welke in den zaug
bezocht wordeu, zijn niet altijd dezelfde.

2.teks
Bij de oude Minahassers was de berg Lokou de weg naar den
hemel en de goden gingen daar op en af, maar de held Warere
heeft toen uit wraak over hem aangedaan onrecht met zijn slagzwaard
den berg iu tweeën gespleten. Zooals wij iu het eerste deel reeds
gezien hebben, is de Lokou nog de weg, waarlangs de priester
(n.1. zijne zielestof) naar het verblijf der goden opklimt.

3.teks
Bij de oude Minahassers bestond een gebruik, dat hoogstwaarschijnlijk in verband staat met de vereering van den dorpsstichter.
Wanneer ineu daar een dorp ging stichten, ging een priester vooraf
naar de plek, waar dit zou gebeuren, gewapend met een vierkant
stokje rërët genaamd, en met een balein uit het haar van den
Arenga saccharifera, lëntu genaamd. Telkenmale, wanneer de uil
haar geroep deed hooren, gaf de priester een kras in de rërët
en een breuk in de lëntu. Had hij 9 maal, volgens anderen 99
maal, dit geluid vernomen, dan werden rërët en lëntu in een
aarden pot gedaan en begraven. Dichtbij die plek richtte men
dan een steen op, geflankeerd door twee kleinere steenen. Volgens
sommigen zouden deze steenen een penis met de testikels voorstellen.
Deze steenen heeten in het Tontemboan tumotowa wat «roepen//
beteekent, in het Tomboeloe sumanti. Wanneer wij bedenken,
dat het geluid van de uil geacht wordt de stem te zijn van een
voorvader, is het niet onwaarschijnlijk, dat men de stem van dien
voorvader wil vastleggen bij het dorp. Zooveel is zeker, dat genoemde steenen van groote beteekenis zijn voor het dorp; van die
steenen hangt het welzijn der dorpsbewoners af. Van den stam der
Toutemboan vinden wij nog opgeteekend, dat de beschermgeest
van het dorp zich op een heuvel in de nabijheid bevindt. //Zulk
een geest wordt, zij hij ook elders onder een eigen naam bekend,
in bedoeld dorp nooit anders genoemd dan Si Manembo (//die nederziet//) of Si Manembo-neinbo (//die voortdurend nederziet//, nl. op het
dorp)’/ (Schwarz ‘, 277).

4.teks
Op zeer leerrijke wijze zien wij de verschillende functies van de
zon aan onderscheidene personen opgedragen in de Minahassa.
Moeu toe-oen toe is de zon, de wetgever. Hij woont in een huis,
waar verschillende verblijven zijn, voor rechtvaardigen en onrechtvaardigen; hij is dus de rechter. Op het erf van zijn huis groeit
niets (hiermede wordt de hemel aangeduid) en op dat erf zit hij te
magirot, dit is: met eene lange staaf trekt hij lijnen in den grond
om aau zijne rede meer kracht bij te zetten, zooals de Minahassische
hoofden gewend waren te doen in deu ouden tijd. Koemokomba,
zijn zoon, moet dit werk ook leeren. Koemokombo beteekent »de
toekomst voorspellen,’/ dus het lijnen trekken naar den anderen kant.
Moentoe-oentoe is dus de rijzende, Koemokomba de dalende zou.—
Eene andere tiguur voor de zon is T o’a r. To’ar is de zoon en tevens
de echtgenoot van Loemimoeöet, de aarde. Op deze gedachte is
men gekomen , omdat naar de voorstelling der menschende zon ‘s morgens
uit de aarde voortkomt (de zon als zoon), en ‘s avonds keert de zon weer
tot de aarde in (de zon als echtgenoot van de aarde). Eene dochter nu van
To’ar en Loemimoeöet is Li n t j am bene’; zij is gehuwd met Moentoeoentoe, de zou. Zij raadt nu haren zoon, den bovengenoemdeu
Koemokomba, aau met list deelgenoot van zijn vader te worden in
het werk van rechtspreken. Koemokomba klimt daarom op den rug
vaii zijn vader, en als deze weer eene lijn schrapt in den grond
met zijne staaf, steekt hij met het boveneiude er van in het oog
zijns zoons. Deze begint nu onbedaarlijk te huilen, en hij laat zich
niet troosten, dan nadat zijn vader hem beloofd heeft voortaan het
werk der rechtspraak met hem tc zullen deelen. — Een andere god,
die mede een rol speelt in de godenleer der Minahassers is Si
Marend or, die half mensch, half god is. De menschelijke helft was
gewoon tot ze zacht werd, en deze helft werd eerst gezond, wanneer
de andere helft helder werd. Uit de verhalen, welke over dezen god
bestaan, zou men mogen opmaken, dat Si Marëndor de zou is op
het puut, wanneer zij halverwege boven de kim is gekomen. —
Verder is Kerito de phase van de zon als vuurgod; hij is half
van steen en half van vleesch. De mensch mag niet naar hem opkijken in zijn huis (omdat de zon de oogen verblindt).

5.teks
Bij de Tontemboan in de Minahassa heeft een der groote kasuruhau of //goden// Koemokomba, de //regelaar”, het lot der
menschen in handen en beschikt de leeftijden. Zijne moeder is
Lintjambene, eene godin, die ook elders in de Minahassa als de
godin van de rijst wordt bezongen. Bij de geboorte van elk kind,
vertelt men, maakt Koemokomba eene lont en steekt die aan. Brandt
nu de lont tot het eind toe af, dan zal het kind lang leven; gaat
zij halverwege uit, dau zal die mensch niet oud worden. Zoo zegt
men van iemand, die in de kracht van zijn leven sterft: suwëngna
kolëk //zijne lont was kort.»

6.teks
Uit de Minaha.ua beschrijft Graafland dezen remplagant voor de
zielestot, zonder te weten, waarvoor het beeldje dient: «Bij de
Toumbulu en Tounsea had men ook uit hout gesneden beeldjes van
circa één voet hoogte, die door ouden en meest door walians (priesters)
bewaard werden op zolder of onder de nok van het huis. Het
waren onoogelijke poppen, naar de geuitalia te oordeeleu meest
vrouwelijke wezens voorstellende. Zij deden dienst als fetischen, die
van groote kracht werden geacht bij ziekten, en bij de familiefosso’s
wel werden opgenomen onder de voorwerpen, die de beteekenis der
fosso (offerfeest) moesten verhoogeu …. Zij droegen den naam van
Tëtëlës, waarvan ,1e beteekenis ous niet duidelijk is. Immers de rad.
bet
– “
ko°Pen”, en tëtëlës zou moeten beteekeneu: datgene
waarvoor men gekocht heeft. Het wordt ook wel als offer gebezigd’
ij e akewas… Het is mogelijk, dat meu de tëtëlës bezigde
om ij ziekten of bij fosso’s vergeving af te vragen met aanbieding
van eenig offer, (Graafland ‘ I, 248-249). Bij persoonlijk onderzoek in de Minahassa is mij spoedig gebleken, dat de tëtëlës niet
anders is dan de plaatsvervanger voor eene weggenomen zielestof,
waarmede de naam //datgene, waarvoor men gekocht heeft,, n. 1.
ce zie es o , verklaard is. Toen deze gewoonte in onbruik geraakte,
werden de nog aanwezige poppen als herinneringen aan het oude
heidendom bewaard, en min of meer vereerd.



translate by opa eric englis
1.teks
This same combination of priesthood and shamanism was found at the Minahassers. In 1901 I myself attended such a ceremony of the heathen Minahassers who had emigrated to Bolaang Mongon. The w a 1 i a n (with the Tontemboan women, with the Tooemboeloe men) sits at the mareintheg, surrounded
by some lesser walians, on a couch. The leader has a forest Oracaena leaves in the right hand, which bunch is he now eu then with the left hand, as if to enclose something in it. Constantly he keeps his eyes closed as he sings his song.
He begins each section of that song with three times over the to iron the table standing before him, and make a sound, as if with which Europeans call dogs (usually used to to attract soul material). According to a statement from walians, a spirit descended from heaven by a ladder of wood and rotau.
This spirit sits on the back (between the shoulders) of the waliau down, and thus sails into him. This spirit then carries the soul matter of the priest with him on a journey to the gods. The road goes past the mountain Lokou. Whenever both are in the abode of a new spirit have arrived, it is presumed, that that spirit has entered the walian. This will then stop immediately on with the zaug, in which he shares his travel experiences, and
speaks with altered voice; this is the spirit that speaks through him.
The blessing of every spirit to whom the waliau comes is in the bunch of Dracaena leaves, after which he cut this bunch three times over the party-goer. Did he visit like this?
the gods of the Lokou, then the walian goes with his spirit guide to the gods of the Lolombulan Mountains. Follow up to that from the Siuosaja, to finally descend to the beach. Has a great festival of sacrifice, then the priest stretches out his walk much further out. Where he goes, what he sees and does, he reveals everything in his own right. At the Tooemboeloe is called this ceremony maugorai; it takes place in the same way as the described mareintheg; the place, which in the zaug visited are not always the same.

2.teks
For the ancient Minahassers, Mount Lokou was the way to the heaven and the gods went up and down there, but the hero Warere then in vengeance wronged him with his broadsword split the mountain in two. As we already mentioned in the first part have seen, the Lokou is still the way by which the priest (n.1. his soul-stuff) ascends to the abode of the gods.

3.teks
There was a custom among the ancient Minahassers, most probably connected with the worship of the village founder.
When ineu went to found a village there, a priest preceded to the place where this would happen, armed with a square baton called reët, and with a baleen from the hair of the
Arenga saccharifera, called Lentu. Each time, when the owl heard her cry, the priest scratched the rërët and a break in the lentu. He had 9 times, according to others 99
times, heard this sound, then reët and lentu became in one clay pot and buried. Near that spot they aimed then up a stone, flanked by two smaller stones. According to some would represent these stones as a penis with the testicles.
These stones are called in Tontemboan tumotowa which means «call// means, in Tombulu sumanti. When we think, that the sound of the owl is supposed to be the voice of a ancestor, is it not improbable that one’s voice ancestor wants to capture at the village. So much is certain that you said stones are of great importance to the village; of those stones depend on the well-being of the villagers. From the tribe of the Toutemboan we still find recorded, that the guardian spirit of the village is located on a hill nearby. //Such becomes a ghost, though he be known elsewhere by his own name, in said village never called anything other than Si Manembo (//who looks down//) or Si Manembo-neinbo (//who constantly looks down//, viz. on the village)’/ (Schwarz’)

4.teks
In a very instructive way we see the different functions of the sun dedicated to several persons in the Minahassa.
Muutoe-oentoe is the sun, the lawgiver. He lives in a house where there are different abodes, for the just and the unjust; so he is the judge. Grows in the yard of his house nothing (this signifies heaven) and in that yard he sits magirot, this is: with a long rod he draws lines in the ground to give more force to his reason, as the Minahasian heads used to do in the old days. Koemokomba, his son, must also learn this work. Koemokombo means »the predicting the future,’/ thus drawing lines to the other side.
Muntu-untu is therefore the rising one, Kumokomba the falling would.— Another figure for the sun is T o’a r. To’ar is the son and also the husband of Lumimuut, the earth. On this thought is people have come, because to the idea of the human sun in the morning comes forth from the earth (the sun as son), and in the evening the sun returns to the earth (the sun as husband of the earth). A daughter now of To’ar and Lumimooet is Li n t j am bene’; she is married to Moentoe oentoe, the Zou. She now advises her son, the above-mentioned you Koemokomba, ouch to become a partaker of his father in the work of justice. Koemokomba therefore climbs on his back of his father, and when he again cuts a line in the ground with his rod, he stabs with the top of it in the eye his sons. This one now starts to cry uncontrollably, and he lets himself not console him, until after his father has promised him henceforth work of justice will share with him. — Another god, who also plays a role in the divinity of the Minahassers is Si Marend or, who is half man, half god. The human half was just until she softened, and this half became healthy first, when the other half became clear. From the stories which about this god exist, one might conclude that Si Marendor is the would on the well, when it has reached halfway above the bilge.
Furthermore, Kerito is the phase of the sun as fire god; he is half of stone and half of flesh. Man must not look up to him in his house (because the sun blinds the eyes).

5.teks
At the Tontemboan in the Minahassa, one of the great kasu ruhau or //gods// oemokomba, the //ruler”, has the fate of the people in the hands and disposes the ages. His mother is Lintjambene, a goddess, who also elsewhere in the Minahassa as the goddess of rice is sung. At the birth of every child, it is said, Koemokomba makes a fuse and lights it. Lit now the fuse to the end, then the child will live long; goes half way out, that man will not grow old. Zoo says one of one who dies in the prime of his life: suwengna kolëk //his fuse was short.”

6.teks
From the Minaha.ua Graafland describes this replacement for the soulful, without knowing what the statue is for: «By the Toumbulu and Tounsea also had carved wood statues of about one foot in height, used by ancients and most by walians (priests) were kept in the attic or under the roof of the house. It were unsightly dolls, judging by the geuitalia most representing female beings. They acted as fetishes, who were considered of great power in diseases, and in the family fossos were included among the objects which give the meaning of the fosso (feast of sacrifice) had to increase …. They bore the name of Tëtëlës, whose first meaning is not clear. After all, the wheel. Bet – ” ko°Pen”, and tëtëlës should mean: that what was bought for. It is also used as a sacrifice ij e akewas… It is possible that meu used the tëtëlës to ask forgiveness for illnesses or for fossos with offer of any sacrifice, (Graafland ‘I, 248-249). During a personal investigation in the Minahassa it soon became apparent to me that the tëtëlës were not other than the substitute for a soul-stuff taken away, with which the name //that for which one has bought, n. 1.
ce see es o , has been explained. When this custom fell into disuse, the dolls still present became as memories of the old paganism preserved, and more or less revered.

suku tombulu suku lainya tolak raja minahasa oleh spanyol

http://sejarahbangsaminahasa.blogspot.com/2023/11/tombulu-minahasa-raya-bangsa-minahasa.html

bangsa minahasa tidak punya raja namun ber system demokrasi suku

tourism history of the minahasa and digital ekraft bing ai for bangsa minahasa

1.by tulisan frater juan iltanzo
https://m.facebook.com/groups/326344611138591/permalink/1249761688796874/?mibextid=Nif5oz

rahat karena semuanya ingin melihat dan menjamah jubah dan ikat pingang kami. Ketiga,walak itu seluruhnya di diami orang-orang yang
menyembah berhala Mereka tidak punya raja maupun tuan… masing-masing menjadi tuan di rumahnya sendiri… sesuai kehendaknya Namun
mereka rela dipimpin oleh ukung-ukungnya, tetapi tidak dalam segala hal.
Saya mendirikan salib-salib di kampung-kampung terbaik dari”
ketiga walak itu. Kami menetap di dua kampung yang besar. Saya tinggal
di kampung yang satu tomohon dan di kampung yang lain
saya menempatkan Bruder Francisco de Alcala. Karena pekerjaan yang

2.by note magelans spanyol dan koleksi digital sejarah bangsa minahasa by pastor frangky rengkung
https://m.facebook.com/groups/326344611138591/permalink/1249267912179585/?mibextid=Nif5oz

(Lanjutan]
Mereka yang baru tiba dari Ternate itu
termasuk Pater Diego Magelhaens, lalu
tinggal selama 15 hari di daerah yang
diduga kuat Singkil/Sindulang. Pada
rentang waktu 15 hari tersebut,
Magelhaens sempat membaptis
“Kolano” (Pemimpin) setempat beserta
1.500 orang pengikutnya. Magelhanes
dalam suratnya kepada pembesarnya di
Ternate tanggal 28 Juli 1563, menulis
bahwa “Kolano” yang dibaptisnya itu
adalah raja Manado (sekali lagi menurut
Magelhaens meski dalam pengkajian
lebih lanjut diketahui bahwa orang
Minahasa tidak pernah mempunyai
seorang raja). Magelhanes menulisnya
begini dalam pelaporannya,
“Saya telah membaptis raja Manado dan
1500 penduduk, tapi saya menolak
permintaan orang dari pedalaman
Minahasa untuk dikunjungi dan diajari
agama karena keterbatasan tenaga.”

3.by sejarawan portugis om joaqum.magelans docu to for vian togas penulis lautan rempah

https://m.facebook.com/groups/766372501430724/permalink/937463097654996/?mibextid=Nif5oz

full note story by uncel joaqum magelheans
https://www.oclarim.com.mo/todas/ilhas-de-sao-lazaro-11/

Home

Todas as Categorias

ILHAS DE SÃO LÁZARO – 11



ILHAS DE SÃO LÁZARO – 11

August 16, 2019 adminCultura, Todas as Categorias

A identificação do arquipélago

Ao contrário do que acontece com os restantes países asiáticos, o contributo luso para o conhecimento da geografia e características culturais e etno-antropológicas das Filipinas e seus diversificados habitantes tem sido praticamente ignorado. Já Tomé Pires, devidamente informado em Malaca, mencionara a existência dos luções, “todos eles gentios”, que viviam a “dez dias de navegação” da ilha do Bornéu. Era a primeira vez que entre europeus se falava de tal gente. Especifica o boticário viajante, na profícua e sumarenta “Suma Oriental”, que o dito povo não tinha rei, somente se regia “pelos mais velhos em cabilas” e era gente robusta, embora “de pouca valia”. Ou seja, não era propriamente gente de comércio. Acrescentava ainda Pires que não eram muitos os juncos, “até dous, três”, nos quais transportavam a mercancia obtida no Bornéu. Pese a informação precoce desta realidade sócio-económica e a sua proximidade geográfica com as ilhas ricas em especiarias, mais a sul, o arquipélago das Filipinas nunca suscitaria grande interesse comercial, precisamente pela ausência das ditas especiarias.

A propósito da morte de Fernão de Magalhães escrevia o capitão António Galvão no seu refúgio abundante em noz-moscada, maça e cravinho: “no arquipélago de São Lázaro, em uma ilha que se diz Sebu e Nata foi o Magalhães morto e a sua nau queimada. As outras duas foram ao Bornéu e daí a Mindanao”. Se exceptuarmos as várias dezenas de portugueses que integravam a expedição castelhana comandada pelo percursor da circum-navegação, a primeira visita oficial ao arquipélago que viria mais tarde a ser conhecido como Filipinas mas que o navegador português dedicaria a São Lázaro, protector do enfermos e necessitados, acontece com a viagem de Simão de Abreu, algures entre 1523 e 1526, portanto, um período não muito distante da passagem da armada de Magalhães. Num universo geográfico onde a iniciativa da Coroa rivalizava quantas da vezes, e até nas situações de conflito, com a iniciativa privada, é díficil apontar uma data para a chegada oficial lusa ao arquipélago. Abreu, nessa sua viagem de reconhecimento em busca de uma nova rota entre Malaca e as ilhas da especiarias, via o Bornéu, terá muito provavelmente feito aguada numa das milhares de ilhas que compõem o belo arquipélago.

O relato é feito, uma vez mais, por António Galvão: “No ano de 1523, o mês de Maio, mandou António de Brito, que estava por capitão de Maluco, a Simão de Abreu seu primo, a saber o caminho de Bornéu para Malaca. Houveram vista as ilhas de Manada [Menado, no extremo norte na ilha das Celebes (Sulawesi)], Panguensara [ilhas de Likoepang]. Foram pelo estreito Dantreminao e Taguina [ou seja, entre as ilhas de Mindanao e Basilan] e as ilhas de São Miguel [Cagayan sul], que estão sete graus de altura da parte do norte e daí decorreram a ilha do Bornéu, e toda a sua costa. Houveram à vista da Pedra Branca [na parte oriental da entrada do estreito de Singapura], passaram pelo estreito foram ter à cidade de Malaca, deixando muitas ilhas, mar e terra por ali sabidas”.
Não se sabe se tocaram terra, mas esta terá sido, aparentemente, a primeira navegação oficial em águas territoriais desse arquipélago. Outros cronistas refereciariam essa viagem, embora poucas informações adicionais fossem acrescentadas. Fernão Lopes de Castanheda, por exemplo, explica que ela se justificava por ser “mais breve do que a da ilha de Banda”, e, por essa razão, mandara o capitão Brito esse seu parente. O melhor comprovativo da eficácia da rota é o facto de Abreu ter chegado apenas um mês depois de “Dom Garcia Anrique, que fora pela vida de Banda, e havia onze meses que partira de Ternate”.
Tão pouco há grandes informações acerca da viagem protagonizada por Jorge de Menezes, também ele utilizador do caminho do Bornéu, que passara a substituir a habitual devido à dificuldade de navegação provocada pela presença de inúmeros ilhéus. De resto, essa sua jornada, em 1526, levá-lo-ia a terras mais distantes, sendo-lhe atribuída a descoberta da Papua Nova Guiné. Nota João de Barros: “por outras muitas ilhas, de que este mar é muito sujo, chegou à de Bornéu, ao porto da cidade”. À semelhança de navegantes anteriores, também Menezes enviou presentes ao sultão, e o sultão a ele, tendo depois o português prosseguido caminho por muitas ilhas e restingas, “que estão na paragem do Bornéu, coisa mui perigosa e que se não pode navegar senão de dia, com um marinheiro na gávea, vigiando os baixo, sem ter mais notícias deles”.
Também Barros anuncia a passagem de Menezes pela “ilha de São Miguel” e Mindanao, só que em sentido contrário ao trajecto cumprido por António de Abreu. Escreve ele: “como aqui os ventos e as águas em Outubro e Fevereiro cursam muito contra leste, os pilotos escorrerem à ilha do Moro, a que também chamam Batochina [ou seja, a ilha indonésia de Halmahera], ao longo do qual jazem as ilhas de Maluco”. Confirma o cronista-mor do período dos Descobrimentos que Menezes foi, depois, “discorrendo até às ilhas de uns povos que chamam papuas”.
Capitão das ilhas Malucas, de 1527 a 1530, a conduta de Menezes esteve longe de ser a ideal, daí que tivesse sido preso e enviado para Goa. Após breve passagem pelo reino, seguiu para o Brasil onde esteve sete anos à frente de uma capitania, sempre com níveis de popularidade muito baixos. Consideravam-no indigno do seu posto, os moradores da colónia. Em breves palavras, descreve-o assim o historiador Rocha Pombo: “Valente, é exacto, mas cheio de paixões incompatíveis com a compostura de uma autoridade. Além de violento, de índole inconstante e leviano, Jorge de Menezes era um depravado”.


englis

The identification of the archipelago Unlike what happens with other Asian countries, the Portuguese contribution to the knowledge of the geography and cultural and ethno-anthropological characteristics of the Philippines and its diverse inhabitants has been practically ignored. Tomé Pires, duly informed in Malacca, had already mentioned the existence of the luções, “all of them Gentiles”, who lived “ten days’ sailing” from the island of Borneo. It was the first time that such people had been spoken of among Europeans. The traveling apothecary specifies, in the fruitful and juicy “Oriental Summa”, that the said people did not have a king, they were only ruled “by the elders in Kabyls” and were robust people, although “of little value”. In other words, they weren’t exactly commercial people. Pires also added that there were not many reeds, “even two, three”, in which they transported merchandise obtained in Borneo. Despite the early information on this socio-economic reality and its geographical proximity to the islands rich in spices, further south, the archipelago of the Philippines would never arouse great commercial interest, precisely because of the absence of said spices.

Captain António Galvão wrote about the death of Fernão de Magalhães in his refuge abundant in nutmeg, apple and cloves: “in the archipelago of São Lázaro, on an island that says Sebu and Nata, Magalhães was killed and his ship burned. The other two went to Borneo and from there to Mindanao”. With the exception of the several dozen Portuguese who were part of the Castilian expedition led by the forerunner of circumnavigation, the first official visit to the archipelago that would later come to be known as the Philippines but which the Portuguese navigator dedicated to São Lázaro, protector of the sick and needy , happens with Simão de Abreu’s voyage, sometime between 1523 and 1526, therefore, a period not far from the passage of Magalhães’ fleet. In a geographical universe where the Crown’s initiative often rivaled, and even in conflict situations, with the private initiative, it is difficult to pinpoint a date for the Portuguese official arrival in the archipelago. Abreu, on his reconnaissance trip in search of a new route between Malacca and the Spice Islands, via Borneo, most likely watered one of the thousands of islands that make up the beautiful archipelago.

The report is made, once again, by António Galvão: “In the year 1523, the month of May, he sent António de Brito, who was captain of Maluco, to Simão de Abreu, his cousin, to know the way from Borneo to Malacca. There were seen the islands of Manada [Menado, in the far north on the island of Celebes (Sulawesi)], Panguensara [islands of Likoepang]. They went through the Dantreminao and Tagina straits [ie, between the islands of Mindanao and Basilan] and the islands of São Miguel [Cagayan south], which are seven degrees high from the northern part and from there ran the island of Borneo, and all of the its coast. They came within sight of Pedra Branca [in the eastern part of the entrance to the Singapore Strait], they passed through the strait to the city of Malacca, leaving many islands, sea and land known there”. It is not known whether they touched land, but this was apparently the first official navigation in territorial waters in this archipelago. Other chroniclers would reference this trip, although little additional information was added. Fernão Lopes de Castanheda, for example, explains that it was justified because it was “shorter than the one on the island of Banda”, and for that reason he had sent this relative to Captain Brito. The best proof of the route’s effectiveness is the fact that Abreu arrived just a month after “Dom Garcia Anrique, who had been for the life of Banda, and eleven months since he left Ternate”.
There is also little information about the journey carried out by Jorge de Menezes, who was also a user of the Borneo route, which had replaced the usual one due to the difficulty of navigation caused by the presence of numerous islanders. Moreover, this journey, in 1526, would take him to more distant lands, being attributed to him the discovery of Papua New Guinea. João de Barros notes: “through many other islands, of which this sea is very dirty, he reached Borneo, at the city’s port”. Like previous navigators, Menezes also sent gifts to the sultan, and the sultan to him, after which the Portuguese continued on his way through many islands and sandbanks, “which are at the Borneo stop, a very dangerous thing that can only be navigated from day, with a sailor in the topsail, watching the bass, not having any more news of them”. Barros also announces the passage of Menezes through the “Island of São Miguel” and Mindanao, but in the opposite direction to the route taken by António de Abreu. He writes: “as here the winds and waters in October and February travel heavily against the east, the pilots flow to the island of Moro, which they also call Batochina [ie, the Indonesian island of Halmahera], along which lie the islands of Maluco”. The main chronicler of the Discoveries period confirms that Menezes went on to “discussing to the islands of some peoples they call Papuans”.

Captain of the Malucas Islands, from 1527 to 1530, Menezes’ conduct was far from ideal, hence he was arrested and sent to Goa. After a brief stay in the kingdom, he went to Brazil where he spent seven years at the head of a captaincy, always with very low levels of popularity. They considered him unworthy of his post, the residents of the colony. In brief words, the historian Rocha Pombo describes him as follows: “Valent, he is exact, but full of passions incompatible with the composure of an authority. In addition to being violent, with a fickle and frivolous nature, Jorge de Menezes was a depraved one”.

indo

Identifikasi nusantara Tidak seperti apa yang terjadi dengan negara-negara Asia lainnya, kontribusi Portugis terhadap pengetahuan tentang geografi dan karakteristik budaya dan etno-antropologis Filipina dan penduduknya yang beragam praktis diabaikan. Tomé Pires, yang diberi tahu di Malaka, telah menyebutkan keberadaan luções, “semuanya bukan Yahudi”, yang hidup “sepuluh hari berlayar” dari pulau Kalimantan. Ini adalah pertama kalinya orang-orang seperti itu dibicarakan di antara orang-orang Eropa. Apoteker keliling menetapkan, dalam “Suma Oriental” yang subur dan berair, bahwa orang-orang tersebut tidak memiliki raja, mereka hanya diperintah “oleh para tetua di Kabyls” dan merupakan orang-orang yang kuat, meskipun “bernilai kecil”. Dengan kata lain, mereka bukan orang komersial. Pires juga menambahkan bahwa alang-alang tidak banyak, “bahkan dua, tiga”, di mana mereka mengangkut barang dagangan yang diperoleh di Kalimantan. Terlepas dari informasi awal tentang realitas sosial-ekonomi ini dan kedekatan geografisnya dengan pulau-pulau yang kaya akan rempah-rempah, lebih jauh ke selatan, kepulauan Filipina tidak akan pernah membangkitkan minat komersial yang besar, justru karena tidak adanya rempah-rempah tersebut.

Kapten António Galvão menulis tentang kematian Fernão de Magalhães di tempat perlindungannya yang berlimpah pala, apel, dan cengkeh: “di kepulauan São Lázaro, di sebuah pulau yang bertuliskan Sebu dan Nata, Magalhães terbunuh dan kapalnya dibakar. Dua lainnya pergi ke Kalimantan dan dari sana ke Mindanao”. Dengan pengecualian beberapa lusin Portugis yang merupakan bagian dari ekspedisi Kastilia yang dipimpin oleh pelopor penjelajahan keliling, kunjungan resmi pertama ke kepulauan yang kemudian dikenal sebagai Filipina tetapi navigator Portugis didedikasikan untuk São Lázaro, pelindung orang sakit dan membutuhkan , terjadi dengan perjalanan Simão de Abreu, sekitar tahun 1523 dan 1526, oleh karena itu, periode yang tidak jauh dari perjalanan armada Magalhães. Di alam semesta geografis di mana inisiatif Mahkota sering disaingi, dan bahkan dalam situasi konflik, dengan inisiatif pribadi, sulit untuk menentukan tanggal kedatangan resmi Portugis di kepulauan itu. Abreu, dalam perjalanan pengintaiannya untuk mencari rute baru antara Malaka dan Kepulauan Rempah-Rempah, melalui Kalimantan, kemungkinan besar mengairi salah satu dari ribuan pulau yang membentuk kepulauan yang indah itu.

Laporan itu dibuat, sekali lagi, oleh António Galvão: “Pada tahun 1523, bulan Mei, dia mengirim António de Brito, kapten Maluco, ke Simão de Abreu, sepupunya, untuk mengetahui jalan dari Kalimantan ke Malaka. Di sana terlihat pulau Manada [Menado, di ujung utara di pulau Sulawesi (Sulawesi)], Panguensara [pulau Likoepang]. Mereka melewati selat Dantreminao dan Tagina [yaitu, antara pulau Mindanao dan Basilan] dan pulau São Miguel [Cagayan selatan], yang tingginya tujuh derajat dari bagian utara dan dari sana terbentang pulau Kalimantan, dan semua dari pantainya. Mereka sampai di depan Pedra Branca [di bagian timur pintu masuk Selat Singapura], mereka melewati selat itu ke kota Malaka, meninggalkan banyak pulau, laut dan daratan yang dikenal di sana”. Tidak diketahui apakah mereka menyentuh daratan, tetapi ini tampaknya merupakan navigasi resmi pertama di wilayah perairan di nusantara ini. Penulis sejarah lain akan merujuk perjalanan ini, meskipun sedikit informasi tambahan yang ditambahkan. Fernão Lopes de Castanheda, misalnya, menjelaskan bahwa hal itu dibenarkan karena “lebih pendek dari yang ada di pulau Banda”, dan oleh karena itu dia mengirimkan kerabat ini kepada Kapten Brito. Bukti terbaik keefektifan rute ini adalah kenyataan bahwa Abreu tiba hanya sebulan setelah “Dom Garcia Anrique, yang telah tinggal di Banda, dan sebelas bulan sejak dia meninggalkan Ternate”.

Sedikit informasi juga mengenai perjalanan yang dilakukan Jorge de Menezes yang juga pengguna jalur Kalimantan, yang menggantikan jalur biasa karena sulitnya navigasi akibat keberadaan banyak penduduk pulau. Selain itu, perjalanan ini, pada tahun 1526, akan membawanya ke negeri-negeri yang lebih jauh, yang dikaitkan dengan penemuan Papua Nugini. João de Barros mencatat: “melalui banyak pulau lain, yang lautnya sangat kotor, ia mencapai Kalimantan, di pelabuhan kota”. Seperti navigator sebelumnya, Menezes juga mengirim hadiah kepada sultan, dan sultan kepadanya, setelah itu Portugis melanjutkan perjalanannya melalui banyak pulau dan gundukan pasir, “yang berada di perhentian Kalimantan, hal yang sangat berbahaya yang hanya dapat dilayari dari hari, dengan seorang pelaut di layar atas, menonton bass, tidak memiliki berita lagi tentang mereka”. Barros juga mengumumkan perjalanan Menezes melalui “Pulau São Miguel” dan Mindanao, tetapi dalam arah yang berlawanan dengan rute yang diambil oleh António de Abreu. Dia menulis: “karena di sini angin dan air pada bulan Oktober dan Februari bergerak jauh ke arah timur, pilot mengalir ke pulau Moro, yang juga mereka sebut Batochina [yaitu, pulau Halmahera di Indonesia], di mana terbentang pulau-pulau Maluku”. Penulis sejarah utama dari periode Penemuan menegaskan bahwa Menezes melanjutkan untuk “berdiskusi ke pulau-pulau dari beberapa orang yang mereka sebut orang Papua”.

Kapten Kepulauan Maluku, 1527-1530, perilaku Menezes jauh dari ideal, maka ia ditangkap dan dikirim ke Goa. Setelah tinggal sebentar di kerajaan, dia pergi ke Brasil di mana dia menghabiskan tujuh tahun sebagai kapten, selalu dengan tingkat popularitas yang sangat rendah. Mereka menganggapnya tidak layak untuk jabatannya, penduduk koloni. Singkatnya, sejarawan Rocha Pombo menggambarkannya sebagai berikut: “Valent, dia tepat, tetapi penuh gairah yang tidak sesuai dengan ketenangan otoritas. Selain kekerasan, dengan sifat yang berubah-ubah dan sembrono, Jorge de Menezes adalah orang yang bejat”.




ragam bendera peradaban di minahasa histo timeline frame
https://www.facebook.com/groups/638511343649642/permalink/947947679372672/?mibextid=Nif5oz

1.peradaban bangsa minahasa
my creation whit ai microsoft bing warna identik umum di minahasa merah putih hitam dan burung manguni

2.era portugis

3.era spanyol

4.era voc

5.era prancis

6.era inggris

7.era belanda

8.era dutch indie /neder hindie

9.era jepang

10.era sekutu

11.era indonesia

12.era permesta

13.era otonomi sulut

Design a site like this with WordPress.com
Get started